Persaingan di Pasar Ayam Kampung

Tingginya permintaan dan harga jual dipasaran memunculkan produk yang disinyalir bukan ayam kampung dan diberi label yang diklaim sebagai ayam kampung
Sudah menjadi rahasia umum jika harga komoditas peternakan, terutama unggas, fluktuatifnya luar biasa. Begitupula dengan ayam kampung, harga yang dipatok dipasaran sangat dinamis.
Hal itu pernah dibuktikan sendiri oleh Rizal Halim, PemilikRizal Farm di Pasuruan Jawa Timur bahwa adanya perbedaan jauh antara hargaayam kampung di pasar langsung dengan tengkulak. “Tengkulak menghargai ayam kampung ditingkat peternak cuma Rp 15.000 per ekor sementara dipasar mencapai dikisaran Rp 25.000 –35.000per ekor,” jelas Rizalkepada TROBOS Livestock.
Pria yang sudah 2 tahun beternak ayam kampungini mengatakan perbedaan yang terlampau jauh ini tentu merugikan peternak. Ditambah lagi, saat ini banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh peternak ayam kampung seperti tingkat kematian ayam yang sangat tinggi.
Naik Jelang Lebaran
Menjelang lebaran, pasokan ayam kampung terbilang kurang sementara permintaan tinggi sehingga tidak terpenuhi akibatnya terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan. “Untuk harga ayam di tingkat peternak di Jawa dari Rp 28.000 menjadi Rp 32.000 per ekor. Sedang di pasar tradisional Rp 60.000 untuk ukuran ayam terkecil,” Ade Zulkarnain, ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli).
Beda lagi di tingkat ritel atau supermarket, harga ayam kampung dibandrol berkisar Rp 55.000 – 80.000 untuk ukuran 7-8 ons. Sementara harga di pasar tradisional di luar Jawa berkisar Rp 50.000 –70.000 per ekor dan untuk di tingkat peternak di luar Jawa berkisar Rp 45.000 – 50.000 per ekor.
Kenaikan harga ayam kampung ini sudah terjadi sejak menjelang puasa. Ade menganalisa ada 3 penyebab terjadi kenaikan harga yaitu pasokan dan permintaan yang tidak seimbang artinya semakin bertambah permintaan sementara pasokan kurang, akibat dari kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), serta adanya kenaikan harga pakan.
Dibandingkan tahun lalu, kenaikan harga ayam kampung tahun ini lebih signifikan. “Tahun lalu di tingkat peternak paling tinggi jatuh di harga Rp 30.000 per ekor. Tahun ini ditambah kenaikan BBM dan harga pakan menyebabkan harga ayam kampung semakin tinggi.
Ade menilai meski telah mengalami kenaikan, harga ayam kampung tidak pernah turun. Seandainya turun pun tidak akan kembali ke harga asal. Harga DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari) juga tidak pernah turun, malah terus naik. “Kami ingin mengkondisikan unggas kampung sebagai komoditas ternak premium. Kita tidak akan mengikuti regulasi pemerintah tapi mengikuti pasar,” tandas Ade.
Persaingan Baru
Tingginya permintaan dan harga ayam kampung dipasaran memunculkan segelintir orang yang mencurangi pasar ayam kampung guna mengeruk keuntungan.“Di pasaran adapersaingan baru akibat beredarnya “ayam kampung super” dan ayam pejantan broileryang diklaim sebagai ayam kampung,” ungkap Rizal.
Ia menguraikan ayam pejantan broiler memiliki performa seperti ayam kampungdan dipasaran dijual bebas. Konsumen melihatnya sebagai ayam kampung tapi harganya jauh lebih murah dari ayam kampung asli.
Sedangkan ayam kampung super adalah hasil persilangan antara ayam kampung Bangkok dengan broiler atau Bangkok dengan petelur. “Ayam kampung super ini sebenarnya bukan ayam kampung asli. Namanya juga persilangan, meski dalam gennya ada terselip ayam kampung,” ujar Rizalberpendapat.
Rizal menduga persilangan ini ingin mengambil sifat pertumbuhan lebih cepatkhususnya untuk tujuan pedaging. Apalagi pasarnya sendiri sudah tidak mementingkan ras asli ayam kampung atau bukan.
“Pasar utama dari peternak ayam kampung seperti restoran pun sekarang lebih memilih  menggunakan ayam-ayam tadi. Mereka tidak total menggunakan ayam kampung asli tapi yang persilangan atau jenis lain,” paparnya.

sumber : www.trobos.com