Merek produk unggas lokal yang kuat diharapkan dapat menguasai pasar terutama dalam negeri
Menghadapi Pasar Bebas ASEAN (AseanEconomic Community) 2015 perlu kesiapan semua pelaku usaha di dalam negeri tidak terkecuali pelaku usaha yang bergerak di unggas lokal. Pasalnya, produk unggas lokal dari negara ASEAN lainnya bisa saja masuk ke pasar Indonesia.
Menurut Direktur Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Pertanian, Sri Kuntarsih, produk unggas lokal perlu memiliki merek yang kuat karena jika Pasar Bebas ASEAN berlaku harus bersaing dengan produk – produk unggas dari negara tetangga mungkin saja masuk ke pasar dalam negeri. “Merek produk unggas lokal harus memiliki citra yang kuat agar konsumen Indonesia dapat mengenali produk dalam negeri,” sarannya dalam Workshop Pengembangan Jaringan Pemasaran Ternak Unggas Lokal di Bandung Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Sri menambahkan, dengan merek lokal yang kuat diharapkan dapat menguasai pasar terutama pasar lokal. Jika merek produk unggas lokal tidak kuat bisa menyebabkan konsumen terpecah dan bisa saja membeli bukan produk lokal.
Ia menyarankan, menghadapi Pasar Bebas ASEAN diperlukan upaya dalam meningkatkan produk unggas lokal yang berdaya saing tinggi. “Jaminan kehalalan dan kesehatan hewan sangat penting karena produk kita akan berlawanan dengan produk – produk yang sudah siap akan hal – hal tersebut,” jelasnya.
Ia mengharapkan, agar semua stakeholder unggas lokal seperti industri, peternak, asosiasi, dan pemerintah duduk bersama dan membangun kekuatan untuk bisa bersaing di pasar ASEAN di 2015 nanti. “Kami bersedia menjadi fasilitator bagi semua pihak untuk bertemu agar lebih kompak dalam menghadapi produk negara tetangga,” ajaknya.
Segmen Tersendiri
Ayam kampung yang merupakan ras asli Indonesia mempunyai segmen tersendiri dibandingkan ayam ras. Seperti diutarakan Siti Mariam Ketua Himpunan Pedagang Unggas Jakarta (HPUJ, pasar ayam kampung umumnya untuk kelas menengah ke atas.
Ayam kampung yang merupakan ras asli Indonesia mempunyai segmen tersendiri dibandingkan ayam ras. Seperti diutarakan Siti Mariam Ketua Himpunan Pedagang Unggas Jakarta (HPUJ, pasar ayam kampung umumnya untuk kelas menengah ke atas.
Ia mengatakan, belum adanya pelaku usaha skala besar yang masuk ke bisnis ayam kampung menyebabkan harga dipasaran masih cukup menggiurkan. “Untuk gejolak harga, ayam kampung lebih stabil tidak seperti ayam buras,” ujarnya.
Diamini Ade M Zulkarnain, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) komoditas ayam kampung dinilai sebagai komoditas eksklusif. Lebih cocok disebut sebagai ternak premium. Harga ternak premium bukan ditentukan oleh permintaan pasar dan tidak ada batas maksimal harga. “Untuk harga di pedagang pasar tradisionalke konsumen di Pulau Jawa Rp 50.000 – 60.000 (rata-rata berat 1 kg), sedangkan di retail modern (supermarket) Rp 50.000 –85.000 per 0,7 kg,” jelasnya.
Dia beralasan ayam kampung bukanlah kebutuhan pokok dan ada substitusinya. Pembeli ayam kampung ini memang khusus, kalau mereka tidak membeli ayam kampung tidak akan kelaparan. Dan, saat ini yang menjadi konsumen umumnya kalangan menengah ke atas,” klaimnya.
Ia menilai meski telah mengalami kenaikan, harga ayam kampung tidak pernah turun. Seandainya turun pun tidak akan kembali ke harga asal. Begitu pula dengan harga DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari) ayam kampung juga tidak pernah turun, malah terus naik.
Ade sebutkan, ayam kampung sebagian besar dihasilkan di desa, tetapi penikmat kuliner daging ayam kampung sesungguhnya lebih banyak di kota-kota besar. Ditambah semakin meningkat kesadaran pola hidup sehat sejalan dengan permintaan produk pertanian dan peternakan yang organik.“Secara umum pemeliharaan ayam kampung di pedesaan masih dilepasliarkan tanpa diberi pakan khusus dan di lahan yang sempit dengan sumber daya yang terbatas,” ungkapnya.
Walaupun ayam kampung diberi nama ayam buras (bukan ras) oleh pemerintah, lanjut Ade, atribut ”kampung” atau ”tabungan hidup orang desa” tetap saja melekatdidalamnya. Tetapi dilihat dari segi preferensi konsumen, daging ayam kampung jauh lebih gurih dan lezat daripada ayam ras dan telurnya mempunyai ciri khas tersendiri.
Ia menambahkan, karkas ayam kampung, tekstur ototnya khas dan tebal, rendah kandungan lemak, dan kolesterol menjadikan daging ayam kampung jauh lebih unggul dari ayam ras. “Kondisi ini yang menyebabkan harga daging maupun telur ayam kampung lebih mahal dari ayam ras,” klaimnya.
sumber : www.trobos.com