Mengenal Ransum Ayam Kampung Pedaging

Oleh: Ir. Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan,
Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Pemberian protein kasar dan metabolisme energi yang berlebihan memang tidak masalah, tetapi menjadi mubazir karena secara genetik ayam kampung pertumbuhannya tetap seperti itu
Menurut pakar ayam lokal Balai Penelitian Ternak Ciawi – Bogor (2007)Dr. Ir. Tike Sartika M Sc. dan Dr. Ir. Sofjan Iskandar M Sc, beberapa jenis ayam lokal yang biasa digunakan sebagai ayam lokal komersial penghasil daging dan telur, antara lain ayam kampung, ayam tolaki (Sulawesi Tenggara), ayam sentul (Ciamis), ayam arab silver, ayam arab golden, ayam kalosi (Sulawesi Selatan), sertaayam wareng (Jawa Barat).
Walau demikian belum dikeluarkan standar baku konsumsi pakan dan bobot badan untuk pemeliharaannya yang dikeluarkan secara resmi.Dengan mulai meningkatnya jumlah peternak yang memelihara ayam kampung pedaging secara intensif, standar sementara konsumsi dan bobot badan ayam kampung diperlukan. Tujuannya untuk perhitungan ancer-ancer biaya pakan mengingat biaya pakan adalah 70 – 80% dari investasi, disamping target bobot jual.
Standar Pakan 
Pertumbuhan ayam kampung pedaging jauh lebih lambat dibandingkan ayam ras pedaging (broiler). Bila standar pakan ayam ras pedaging diterapkan pada ayam kampung pedaging akan menjadi mubazir karena tingkat protein dan energi yang diberikan akan terbuang percuma, tidak akan meningkatkan bobot badan menyamai ayam ras pedaging.
Walau demikian untuk periode starter (umur 1 hari – 4 minggu) pemberian pakan starter broilertidak menjadi masalah. Hal ini mengingat DOC(anaka ayam umur sehari)ayam kampung perlu dibekali gizi yang cukup karena tingkat kematian (mortality) pada periode ini lebih tinggi dari pada broiler. Demikian pula pemberian pemanas harus benar-benar diperhatikan.
Pada tabel 1 ini disajikan standar sementara konsumsi pakan dan bobot badan yang dapat dipakai untuk pemeliharaan ayam kampung pedaging sampai dengan usia 12 minggu.Bila bibit DOC prima, pakan cukup bergizi dan kondisi kesehatan cukup baik, dalam praktikdilapangan standar sementara tersebut dapat dicapai. Biasanya pasar banyak mencari ayam kampung pedaging dengan bobot badan 0,9 – 1,0 Kg (umur 8 – 9 minggu).
Pilihan Penyediaan Pakan 
Peternak ayam kampung dapatmemilih dari 3 alternatif untuk penyediaan pakan ayam kampung, sesuai dengan situasi dan kondisi peternak sendiri. Kondisi yang dimaksud yaitu keseterdiaan waktu, jumlah ayam kampung yang dipelihara, keseterdiaan bahan baku, sertakelengkapan peralatan pencampur.
Pada pemeliharaan ayam kampung secara intensif atau semi intensif dengan pemberian pakan yang dibuat/dicampur sendiri (self mixed) jelas akan lebih murah dari pada memakai pakan jadi. Namun perlu dipertimbangkan keseterdiaan bahan baku setiap waktu dan apakah kandungan nutrisinya meyakinkan serta tidak merepotkan. Untuk pemeliharaan dalam jumlah kecil (dibawah 1.000 ekor) masih bisa dilakukan, tetapi kalau lebih besar dari itu akan timbul masalah.
Ada berbagai variasi komposisi pakan  yang bisa dipergunakan untuk mencapai bobot badan dengan kandungan protein cukup 15 – 17% dan Metabolisme Energi (ME) 2.700 – 2.850 Kcal/Kg. Pemberian protein kasar dan ME yang berlebihanmemang tidak masalah.tetapi menjadi mubazir karena secara genetik ayam kampung pertumbuhannya tetap seperti itu.Contoh komposisi pakan ayam kampung pedaging bila ingin mencampur sendiri lihat tabel 2.
Komposisi pakan tersebut pada tabel 2,untuk kandungan nutrisi yang lain dapat diatur sesuai dengan kemudahan bahan baku yang tersedia di sekitar lokasi. Contohnya  tepung gaplek, tepung gandum (pollard), ampas tahu, tepung daun lamtoro, dan lainnya. Dengan demikian biaya pakan dapat ditekan.
Bila sulit mendapatkan bahan baku dan tidak mau repot-repot, tetapi tetap bisa menekan biaya pakan maka dapat diambil alternatif lain, yaitu mencampur konsentrat pakan jadi broiler dengan jagung kuning dan dedak padi seperti pada tabel 3.Dengan menggunakan campuran konsentrat ayam ras petelur ini, dapat diperoleh harga pakan Rp 4.600/kg, sedangkan pakan jadi Rp 6.000/kg,berarti hemat Rp 1.400/kg. Bila kebutuhan 1 ton pakan/hari sudah dapat menghemat Rp 1,4 juta/hari.
Tabel 1. Standar Sementara Jumlah Konsumsi Pakan, BobotBadan Kepadatan Ayam Kampung Pedaging

sumber : www.trobos.com

Pencitraan Merek Produk Unggas Lokal, Hadapi Pasar Bebas 2015

Merek produk unggas lokal yang kuat diharapkan dapat menguasai pasar terutama dalam negeri
Menghadapi Pasar Bebas ASEAN (AseanEconomic Community) 2015 perlu kesiapan semua pelaku usaha di dalam negeri tidak terkecuali pelaku usaha yang bergerak di unggas lokal. Pasalnya, produk unggas lokal dari negara ASEAN lainnya bisa saja masuk ke pasar Indonesia.
Menurut Direktur Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Pertanian, Sri Kuntarsih, produk unggas lokal perlu memiliki merek yang kuat karena jika Pasar Bebas ASEAN berlaku harus bersaing dengan produk – produk unggas dari negara tetangga mungkin saja masuk ke pasar dalam negeri. “Merek produk unggas lokal harus memiliki citra yang kuat agar konsumen Indonesia dapat mengenali produk dalam negeri,” sarannya dalam Workshop Pengembangan Jaringan Pemasaran Ternak Unggas Lokal di Bandung Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Sri menambahkan, dengan merek lokal yang kuat diharapkan dapat menguasai pasar terutama pasar lokal. Jika merek produk unggas lokal tidak kuat bisa menyebabkan konsumen terpecah dan bisa saja membeli bukan produk lokal.
Ia menyarankan, menghadapi Pasar Bebas ASEAN diperlukan upaya dalam meningkatkan produk unggas lokal yang berdaya saing tinggi. “Jaminan kehalalan dan kesehatan hewan sangat penting karena produk kita akan berlawanan dengan produk – produk yang sudah siap akan hal – hal tersebut,” jelasnya.
Ia mengharapkan, agar semua stakeholder unggas lokal seperti industri, peternak, asosiasi, dan pemerintah duduk bersama dan membangun kekuatan untuk bisa bersaing di pasar ASEAN di 2015 nanti. “Kami bersedia menjadi fasilitator bagi semua pihak untuk bertemu agar lebih kompak dalam menghadapi produk negara tetangga,” ajaknya.
Segmen Tersendiri
Ayam kampung yang merupakan ras asli Indonesia mempunyai segmen tersendiri dibandingkan ayam ras. Seperti diutarakan Siti Mariam Ketua Himpunan Pedagang Unggas Jakarta (HPUJ, pasar ayam kampung umumnya untuk kelas menengah ke atas.
Ia mengatakan, belum adanya pelaku usaha skala besar yang masuk ke bisnis ayam kampung menyebabkan harga dipasaran masih cukup menggiurkan. “Untuk gejolak harga, ayam kampung lebih stabil tidak seperti ayam buras,” ujarnya.
Diamini Ade M Zulkarnain, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) komoditas ayam kampung dinilai sebagai komoditas eksklusif. Lebih cocok disebut sebagai ternak premium. Harga ternak premium bukan ditentukan oleh permintaan pasar dan tidak ada batas maksimal harga. “Untuk harga di pedagang pasar tradisionalke konsumen di Pulau Jawa Rp 50.000 – 60.000 (rata-rata berat 1 kg), sedangkan di retail modern (supermarket) Rp 50.000 –85.000 per 0,7 kg,” jelasnya.
Dia beralasan ayam kampung bukanlah kebutuhan pokok dan ada substitusinya. Pembeli ayam kampung ini memang khusus, kalau mereka tidak membeli ayam kampung tidak akan kelaparan. Dan, saat ini yang menjadi konsumen umumnya kalangan menengah ke atas,” klaimnya.
Ia menilai meski telah mengalami kenaikan, harga ayam kampung tidak pernah turun. Seandainya turun pun tidak akan kembali ke harga asal. Begitu pula dengan harga DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari) ayam kampung juga tidak pernah turun, malah terus naik.
Ade sebutkan, ayam kampung sebagian besar dihasilkan di desa, tetapi penikmat kuliner daging ayam kampung sesungguhnya lebih banyak di kota-kota besar. Ditambah semakin meningkat kesadaran pola hidup sehat sejalan dengan permintaan produk pertanian dan peternakan yang organik.Secara umum pemeliharaan ayam kampung di pedesaan masih dilepasliarkan tanpa diberi pakan khusus dan di lahan yang sempit dengan sumber daya yang terbatas,” ungkapnya.
Walaupun ayam kampung diberi nama ayam buras (bukan ras) oleh pemerintah, lanjut Ade, atribut ”kampung” atau ”tabungan hidup orang desa” tetap saja melekatdidalamnya. Tetapi dilihat dari segi preferensi konsumen, daging ayam kampung jauh lebih gurih dan lezat daripada ayam ras dan telurnya mempunyai ciri khas tersendiri.
Ia menambahkan, karkas ayam kampung, tekstur ototnya khas dan tebal, rendah kandungan lemak, dan kolesterol menjadikan daging ayam kampung jauh lebih unggul dari ayam ras. “Kondisi ini yang menyebabkan harga daging maupun telur ayam kampung lebih mahal dari ayam ras,” klaimnya.

sumber : www.trobos.com 

Persaingan di Pasar Ayam Kampung

Tingginya permintaan dan harga jual dipasaran memunculkan produk yang disinyalir bukan ayam kampung dan diberi label yang diklaim sebagai ayam kampung
Sudah menjadi rahasia umum jika harga komoditas peternakan, terutama unggas, fluktuatifnya luar biasa. Begitupula dengan ayam kampung, harga yang dipatok dipasaran sangat dinamis.
Hal itu pernah dibuktikan sendiri oleh Rizal Halim, PemilikRizal Farm di Pasuruan Jawa Timur bahwa adanya perbedaan jauh antara hargaayam kampung di pasar langsung dengan tengkulak. “Tengkulak menghargai ayam kampung ditingkat peternak cuma Rp 15.000 per ekor sementara dipasar mencapai dikisaran Rp 25.000 –35.000per ekor,” jelas Rizalkepada TROBOS Livestock.
Pria yang sudah 2 tahun beternak ayam kampungini mengatakan perbedaan yang terlampau jauh ini tentu merugikan peternak. Ditambah lagi, saat ini banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh peternak ayam kampung seperti tingkat kematian ayam yang sangat tinggi.
Naik Jelang Lebaran
Menjelang lebaran, pasokan ayam kampung terbilang kurang sementara permintaan tinggi sehingga tidak terpenuhi akibatnya terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan. “Untuk harga ayam di tingkat peternak di Jawa dari Rp 28.000 menjadi Rp 32.000 per ekor. Sedang di pasar tradisional Rp 60.000 untuk ukuran ayam terkecil,” Ade Zulkarnain, ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli).
Beda lagi di tingkat ritel atau supermarket, harga ayam kampung dibandrol berkisar Rp 55.000 – 80.000 untuk ukuran 7-8 ons. Sementara harga di pasar tradisional di luar Jawa berkisar Rp 50.000 –70.000 per ekor dan untuk di tingkat peternak di luar Jawa berkisar Rp 45.000 – 50.000 per ekor.
Kenaikan harga ayam kampung ini sudah terjadi sejak menjelang puasa. Ade menganalisa ada 3 penyebab terjadi kenaikan harga yaitu pasokan dan permintaan yang tidak seimbang artinya semakin bertambah permintaan sementara pasokan kurang, akibat dari kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), serta adanya kenaikan harga pakan.
Dibandingkan tahun lalu, kenaikan harga ayam kampung tahun ini lebih signifikan. “Tahun lalu di tingkat peternak paling tinggi jatuh di harga Rp 30.000 per ekor. Tahun ini ditambah kenaikan BBM dan harga pakan menyebabkan harga ayam kampung semakin tinggi.
Ade menilai meski telah mengalami kenaikan, harga ayam kampung tidak pernah turun. Seandainya turun pun tidak akan kembali ke harga asal. Harga DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari) juga tidak pernah turun, malah terus naik. “Kami ingin mengkondisikan unggas kampung sebagai komoditas ternak premium. Kita tidak akan mengikuti regulasi pemerintah tapi mengikuti pasar,” tandas Ade.
Persaingan Baru
Tingginya permintaan dan harga ayam kampung dipasaran memunculkan segelintir orang yang mencurangi pasar ayam kampung guna mengeruk keuntungan.“Di pasaran adapersaingan baru akibat beredarnya “ayam kampung super” dan ayam pejantan broileryang diklaim sebagai ayam kampung,” ungkap Rizal.
Ia menguraikan ayam pejantan broiler memiliki performa seperti ayam kampungdan dipasaran dijual bebas. Konsumen melihatnya sebagai ayam kampung tapi harganya jauh lebih murah dari ayam kampung asli.
Sedangkan ayam kampung super adalah hasil persilangan antara ayam kampung Bangkok dengan broiler atau Bangkok dengan petelur. “Ayam kampung super ini sebenarnya bukan ayam kampung asli. Namanya juga persilangan, meski dalam gennya ada terselip ayam kampung,” ujar Rizalberpendapat.
Rizal menduga persilangan ini ingin mengambil sifat pertumbuhan lebih cepatkhususnya untuk tujuan pedaging. Apalagi pasarnya sendiri sudah tidak mementingkan ras asli ayam kampung atau bukan.
“Pasar utama dari peternak ayam kampung seperti restoran pun sekarang lebih memilih  menggunakan ayam-ayam tadi. Mereka tidak total menggunakan ayam kampung asli tapi yang persilangan atau jenis lain,” paparnya.

sumber : www.trobos.com

Ternak Ayam Pelung Potensi Ayam Kampung Unggul

TERNAK AYAM PELUNG — Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam ras asli Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam kampung khas Indonesia. Seperti diketahui daging ayam kampung kini menjadi primadona yang kian poluler di tengah masyarakat kita.  Hal ini didasarkan pada kesadaran masyarakat masyarakat modern yang cenderung  semakin menghindari konsumsi daging seperti ayam broiler dan beralih ke ayam kampung . Ayam kampung  dianggap lebih higienis dan memiliki cita rasa yang lebih baik. Agar bernilai ekonomis tinggi dalam ternak ayam kampung harus dipilih ayam kampung jenis ayam yang unggul. Ayam pelung merupakan salah satu alternatif ayam kampung unggul untuk dibudidayakan. Salah satu keunggulan ayam pelung adalah pertumbuhan yang cepat dan berat badan yang lebih berat dibandingkan ayam kampung lainnya.

Ayam Pelung Tumbuh Lebih Cepat

Sebagai salah satu jenis Ayam Kampung Unggul, nampaknya ayam pelung belum digarap secara maksimal oleh para peternak. Peternakan ayam pelung sampai saat ini lebih banyak didominasi untuk keperluan hobi dan sebagai ayam hias. Kebanyakan penggemar ayam pelung menikmati kokoknya yang indah. Untuk berorientasi pada daging belum banyak yang menekuninya, padahal ayam pelung punya potensi keunggulan di aspek ini.
Potensi peternakan ayam pelung sebagai sumber daging ayam kampung juga tidak kalah menjanjikan keuntungannya. Ayam pelung bisa menjadi alternatif sumber bibit ayam kampung unggul, yang cepat pertumbuhannya untuk diambil daginnya. Setidaknya ada beberapa alasan diantaranya adalah pasar untuk hobis dan ayam hias memiliki ceruk pasar yang lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi. Kebutuhan konsumsi daging ayam kampung diperlukan hampir setiap orang. Sehingga pasar yang kedua ini lebih terbuka lebar.
Alasan yang kedua adalah tidak setiap ayam pelung yang diternakkan dan dibudidayakan memiliki kualitas yang sesuai dengan kriteria dalam kontes ayam pelung, sehingga ayam pelung yang tidak masuk dalam kategori ini harganya tidak akan bisa terdongkrak naik terlalu significant.
pelung-ayam-unggul
Ayam Pelung Berpotensi Menjadi Ayam Unggul

Ayam Pelung Jenis Ayam Unggul

Kebutuhan bibit ayam pedaging di Indonesia memang masih mengandalkan import dari luar negeri, jika ayam pelung ini bisa dioptimalkan tentu akan menjadi submer bibit ayam kampung pedaging unggul yang menguntungkan. Berdasarkan penelitian tidak hanya ayam pelung saja yang lebih cepat pertumbuahnnya, silangan ayam pelung dengan ayam kampung juga lebih cepat pertumbuhan  berat badannya.
Bagi peternak ayam pelung yang sudah cukup besar, hasil ternakan ayam pelung selalu dipilih berdasarkan grade kualitas. Ayam pelung bagus akan dipelihara dan dirawat secara istimewa untuk dijual dengan harga tinggi atau diikutkan dalam kontes. Ayam kualitas kedua masih bisa dijual kepada penghobi, sedangkan ayam pelung tidak layak kontes akan dimanfaatkan sebagai ayam pedaging.
Dengan melihat potensi ayam pelung yang memiliki berbagai keunggulan tersebut, nampaknya para peternak harus mulai memikirkan ayam pelung sebagai sumber bibit ayam unggul. Tidak hanya untuk kepentingan hiasan tetapi juga konsumsi.
sumber : ternakayampelung.com

Tambahan dan Ralat Piket Pemutaran Telur

Piket pemutaran :
> pagi pukul 06.00-06.30
> siang pukul 12.00
> sore pukul 17.00-18.00
Jangan ada keterlambatan, toleransi 30 menit dari waktu yang ditentukan
Sebelum diputar suhu dicatat

Jadwal piket dibuat sampai hari ke-31 umur penetasan (pemutaran sampai hari ke-25)
Kolom 'Suhu, Arah, Paraf, & Keterangan' diisi ketika piket

Informasi Praktikum MTU Perkembangan Embrio 1

Sehubungan hari Selasa ( 5 November 2013) libur Nasional, maka semua kelas praktikum pada hari Senin ( 4 November 2013) dengan formasi sebagai berikut :
- Kelas E 10.00-11.00
- Kelas B 11.00-12.00
- Kelas D 12.30-13.30
- Kelas A 13.30-14.30
- Kelas F 15.00-16.00
- Kelas C 16.00-17.00